Senin, 10 Mei 2010

Mengapa Bahasa Indonesia sulit?


Nur Adi Setyo, S. Pd. I*

Menurunnya tingkat keberhasilan Ujian Nasional tahun ini mengherankan, penyebabnya adalah dari beberapa mata pelajaran yang diujikan, bahasa indonesia menempati urutan pertama sebagai soal yang paling sulit dijawab, dan anehnya hal ini terjadi tidak hanya di daerah-daerah tetapi juga terjadi dijakarta dan sekitarnya.

Otong Kosasih Kepala Dikmenjur Dinas Pendidikan Kota Depok di dalam Rapat Sosialisasi Ujian Ulang di SMA 1 Depok beberapa saat yang lalu mengungkapkan bahwa nilai Bahasa Indonesia Tingkat SMA anjlok, nilai terendah 1,3. Padahal untuk pelajaran yang lain nilai terendah adalah 3,25.

Meski belum ada kajian dan evaluasi tentang soal UN Bahasa Indonesia, disinyalir materi soalnya lebih sulit daripada soal UN tahun 2009 lampau, selain itu materi soalnya lebih sulit daripada soal-soal uji coba (try-out) dan pra-UN yang digelar sekolah.

Faktor –faktor penyebab

Under estimate dan perasaan grogi dan belum siapnya siswa menghadapi ujian diduga menjadi salah satu penyebab, mengingat Bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang diujikan pada hari pertama ujian nasional, dan saat mereka membaca soal ternyata tidak sesuai dengan apa yang mereka angankan, dan akhirnya menjadi penyebab mereka gagal menjawab soal dengan benar, oleh sebab itu perlu ada persiapan mental yang memadai agar siswa dari jauh-jauh hari mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, semua mata pelajaran yang diujikan kualitasnya sama, tidak ada yang lebih mudah dan tidak ada yang paling sulit.

Faktor selanjutnya adalah soal bahasa indonesia sulit dijawab, jumlah soal dan panjangnya narasi membingungkan siswa, lalu ditambah dengan pilihan jawaban dengan konteks yang hampir sama seringkali menimbulkan persepsi yang berbeda-beda, hal ini bisa muncul jika siswa kemampuan membacanya rendah, sebab wacana-wacana yang dibuat soal memerlukan pemahaman yang baik, lalu kemudian adalah kemampuan siswa untuk dapat mengidentifikasi kalimat utama, ide pokok dan gagasan-gagasan pokoknya serta jenis-jenis paragraf.

Yang tak kalah sulit adalah mengidenfikasi unsur instrinsik maupun ekstrinsik dari karya sastra, terutama unsur ekstrinsiknya, siswa acapkali tak faham apa muatan dari sebuah karya sastra atau unsur-unsur yang mempengaruhinya, sekali lagi hal ini timbul karena kurangnya minat baca siswa, minimnya buku, majalah dan karya sastra yang up to date diperpustakaan sekolah memberikan kontribusi pada persoalan ini.
Persoalan kesusasteraan amat erat kaitanya dengan sarana yang mendukungnya, sudah seharusnya lomba-lomba atau event tertentu yang berkenaan dengan sastra lebih sering dilaksanakan,mulai dari tingkat sekolah hingga pemerintah daerah setempat yang didukung oleh media dan dipublikasikan dengan baik.

Belum lagi jika kita mengarah kepada ranah menulis yang juga memperoleh porsi besar dalam pembelajaran bahasa indonesia. Bukan hanya siswa yang mengalami kesulitan, guru bahasa indonesianya pun banyak yang tidak mampu menghasilkan sebuah tulisan, baik yang bersifat fiksi, apalagi yang ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar