Kamis, 30 Juli 2009


Logika terbalik


Tempo hari saya ‘terpaksa’ harus menunggu cukup lama dimasjid agung al Azhar Jakarta , karena motor saya dipinjam teman saya menemui pacarnya. Saya menunggu dari jam 11.00 hingga jam 14.00, jadi sekitar tiga jam saya hanya termenung, sambil memperhatikan orang-orang yang sedang bersiap sholat .


Ada orang yang begitu tergesa-gesa sehingga sholatnya terlihat diburu waktu, lalu ada pula yang masuk masjid sambil mencet handphone, sepertinya hanya SMS an, lalu kemudian sholat dengan begitu tergesa dan setelah salam langsung ia raih handphone dan kembali larut dalam SMS.


Ada juga orang yang begitu datang dengan wajah letihnya, langsung duduk dibawah kipas angina dan sesaat kemudian telah terdengar irama dengkuran yang mendayu-dayu.


Ada pula yang kemasjid hanya untuk janjian semata, lalu kemudian pergi tanpa melakukan ibadah apapun. Namun tak sedikit pula yang kemudian larut dalam dzikir sambil menunggu iqomah


Tak lama kemudian saya perhatikan ada seorang (maaf) cebol, yang sedemikian lusuhnya. Dengan wajah yang masih basah oleh air wudhu lalu ia sholat tahiyatul masjid dengan amat perlahan seolah ia sedang bercengkerama dengan seseorang yang ia dambakan dalam waktu yang cukup lama. Sholat sunah itu ia laksanakan selama 20 menit!. Lalu kemudian ia lanjutkan dengan sholat dzuhur selama 30 menit!. Subhanallah.


Saya seolah ditampar oleh kejadian ini, bagaimana tidak sejak satu jam yang lalu, saya hanya duduk saja sambil terus menggerutu kepada teman saya, sejak jam 11.00 saya ssudah menelfonnya untuk segera dating, karena urusan saya telah selesai, dan teman saya menjawab bahwa ia sedang dalam perjalanan, ia menyarankan agar saya menunggunya dimasjid saja. Okelah, piker saya sambil menunggu motor dating tentu saja saya bisa meluangkan waktu untuk tidur siang.


Namun ternyata setelah satu jam berlalu teman saya tak juga datang, sampailah sesaat kemudian sholat dzuhur berjamaah dimulai, saya ikut menjadi makmum dengan tetap menunggui teman. Setelah selesai sholat saya bergegas pindah tempat duduk ke belakang supaya bisa dengan leluasa mengamati siapa tahu teman saya sudah datang.


Nihil, mata saya tak menagkap sosoknya, lalu sejurus kemudian saya keluarkan Hp saya dan menuliskan sms ke teman saya yang kurang ajar itu., tapi… tak ada jawaban, saya putuskan untuk kembali menelfonya, nada sambung telah berupah ke suara operator bahwa tidak ada jawaban, lalu kembali saya redial nomornya. Lalu terdengar jawaban yang demikian panjang lebar, dan intinya adalah kembali membuat saya harus menunggu.

Rentetan peristiwa yang terjadi disekeliling saya, terus bergantian timbul tenggelam antara hikmah dan emosi. Saya tidak berfikir bahwa sudah cukup lama saya tidak duduk-duduk di dalam masjid. Ini tidak mengada-ada walau sekedar duduk-duduk saja tidak bisa saya lakukan. Bukan sebuah kebetulan jika hari itu Allah membuat rentetan peristiwa agar saya mau bercengkerama dengan Nya. Hanya duduk selama 3 jam saja telah membuat saya begitu tersiksa. Padahal biasanya jika didepan computer dan bermain game seharian, hanya terasa sebentar banget. Saat saya mancing waktu 8 jam masih sangat kurang.

Perasaan saya, saat sholat 5 menit, sungguh lama sekali, apa lagi jika harus duduk dzikir ba’da sholat, masya Alloh waktu terasa lambat sekali berputarnya.


Apa lagi untuk sholat malam, terasa amat sayang waktu tidur kita harus terpotong dan terenggut atau lebih sadis lagi terampas oleh ibadah yang agung itu. Padahal saya rela melek berjam-jam hanya untuk menonton liga champion..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar