Alhamdulillah kemaren saya mengantarkan istri untuk
melaksanakan akad kredit kepemilikan rumah disalah satu bank. Pihak bank
memberikan pinjaman uang +/- 78 juta untuk menggenapi pelunasan harga rumah
kepada pihak developer.
Ada beberapa hal menarik yang jika dipandang dari sudut yang
berbeda maka akan sangat berbeda pula artinya, misalnya;
Istilah ‘uang
tabungan’.
Pihak bank menjelaskan betapa untungnya istri saya sebagai
debitur karena hanya dengan menabung sejutaan tiap bulan mendapatkan sebuah rumah
plus jaminan asuransi. Tapi… bagi saya prose situ bukanlah ‘tabungan’ melaikan
‘setoran wajib’, sebab kalau kita tidak menyetor uang kita akan mendapatkan
hukuman denda!, sedangkan ‘tabungan’ ya.. tentu saja suka-suka kita, mau nabung
boleh nggak nabung juga tidak apa-apa.
Istilah bunga 9,75 %
per tahun.
Pihak bank juga mengucapkan selamat kepada kami karena pada
saat akad dilangsungkan bunga bank sedang mengalami penurunan dan tentu saja
hadiah bagi kami. Jadi seolah-olah bunganya kecil karena memakai kata pertahun.
Padahal yang dimaksud bank itu adalah bunga sepanjang tahun alias perbulan,
saya perjelas ya, bunga SEPANJANG TAHUN. Dan bunga bank itu akan berbeda tiap
tahunnya!.
Silahkan Anda hitung selama 15 tahun kedepan berapa bunga
yang harus saya bayar!
Istilah kepemilikan
Rumah yang kami beli dilabeli sebagai milik kami dan sekali
lagi bapak dari bank itu mengucapkan selamat atas kepemilikan kami, namun
ternyata kami harus menyerahkan hak penjualan kepada bank jika sewaktu-waktu
‘mal interpetasi’ dan lucunya lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah
kami harus seizing bank. Jikalah benar rumah itu milik kami tentu saja kamilah
yang paling bertanggungjawab terhadap milik kami, bukankah kami hanya meminjam
uang kekurangan pembayaran?. Sebenarnya rumah itu milik siapa ya?..
Istilah save deposit
Salah satu syarat akad kredit adalah membuat rekening atas
nama bank tertentu dan harus diisi sejumlah limajuta limaratus enampuluh satu
ribu limaratus rupiah sebagai save deposit. Dalam pemahaman saya berarti uang
itu tidak akan diapa-apain alias ‘aman’ sesuai arti kata ‘save’, namun ternyata uang itu adalah syarat akad
kredit yang akan di auto debit sesaat setelah akad kredit dilakukan, jadi
maksud kata ‘save’ itu… kami tidak perlu membayar biaya administrasi selama
akad kredit berlangsung.
Untung saja saya tidak mendapatkan pinjaman dari teman-teman
saya waktu itu sebab saya bilang bahwa saya akan meminjam uang sebagai syarat
akad kredit dan setelah selesai akad uang bisa saya kembalikan tih hanya
sebagai syarat bukan diambil sebagai biaya, jikalah saat itu teman saya
mengiyakan ‘proposal’ saya, tentu saya akan babak belur menjawab pertanyaan dan
mengembalikan uang setelah proses akad selesai.
Istilah waktu cicilan
Pihak bank mengungkapkan bahwa lamanya waktu pembayaran
cicilan hanya 180 kali!, padahal itu setara dengan waktu 15 TAHUN!.
---
Sebagai konsumen tentu saja saya tidak memiliki kekuatan
apapun untuk menolak system yang sudah sedemikian dibuat, saya benar-benar
tidak memiliki pilihan lain dan mau tidak mau harus melakukan tanda tangan
untuk menyetujui istri saya melakukan akad kredit KPR.
Kata-kata penutup dari pihak bank sungguh mengecilkan hati
saya dan membuat saya sedemikian tidak berdayanya, padahal kata-katanya sungguh
lembut,
“Jika Anda setuju silahkan tanda tangan dan jika tidak
setuju tentu tidak ada masalah, semua hak Anda”
Seraya tanda tangan pikiran saya berkecamuk bagaimana 15
tahun kedepan?, bagaimana menjaga asset bank ini? Bagaimana membangun kamar
mandi, dapur, 2 ruang tidur lagi untuk anak-anak?, bagaimana membagun teras
rumah?
Saya harus mengubah mindset saya dengan berada disisi
positif dengan berpikir, bukankah saya jauh lebih beruntung mengalami tahapan
ini, sementara jauh lebih banyak dari teman-teman saya yang bahkan hingga akhir
hayatnya menjadi ‘kontraktor’ dan tidak memiliki rumah. Bukankah cicilan yang
900 ribu itu jauh lebih murah dari teman-teman saya yang juga memilih KPR?
Saya harus berpikir sebagai pribadi yang beruntung dan
banyak sekali keberuntungan yang saya alami yang selama ini (mungkin) tidak
pernah terpikirkan oleh saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar