Ayah, aku adalah pendukung pertamamu
Aku telah belajar bagaimana seharusnya seorang hamba
Yang harus menghilangkan eksistensi dirinya
Melebur, luluh…. Hancur…
Tak cukup dengan bersimpuh tersungkur
Jikalah baju yang kukenakan ini
Atau sejumlah dirham yang kusimpan
Sejumlah binatang kebanggaan
Atau…nyawaku sebagai taruhan
Atas segala ketentuan perintah Tuhan
Janganlah engkau ragu barang se dzirrah
Usah engkau lara terluka nestapa
Jauhkan sedih yang membelenggu sukma
Usap air mata penanda jiwa
Laksanakan titah sang maha sempurna
Ayah, bahagiaku tiada terperi
Walau mungkin terbalut nyeri
Sebab pedang membelah nadi
Surga bagiku beraroma mewangi
Menjawab panggilan suci dari illahi
Keraguanmu seperti kerak
Akan menahan iman dengan syak
Mengahancurkan ikhlas laksana ombak
Mencencang tangan tiada bergerak
Bahana tawa syetan kan beriak-riak
Sebut nama Tuhanmu dengan hikmat
Karena ridhonya adalah nikmat
Pejamkan matamu bila tak kuat
Saksikan darah yang akan muncrat
Sebagai bukti iman dan taat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar